Senin, 28 April 2008

IZRAIL

Dengan novel ini, Siba’i menyatakan bahwa kematian dengan segala bentuknya adalah menyenangkan. Bahkan Malaikat Izrail yang digambarkan manusia sebagai seorang tengkorak yang bengis dan menakutkan adalah sosok pribadi yang tampan dan halus layaknya manusia. Kematian adalah keterbebasan manusia dari penjara kehidupan dunia. Meski sebesar apapun perjuangan untuk menghindari kematian, tetap saja kematian lambat laun akan menjemput.

Novel ini penuh dengan sindiran dan kritik sosial atas krisis moral yang dialami anak manusia. Dari masalah rakyat jelata, hingga para pemimpin umat. Dari pedagang kaki lima hingga konglomerat. Para kyai, penulis dan intelektual pun tak luput dari sindiran Siba’i. Dan sangat mungkin novel ini adalah gambaran yang menyindir kehidupan manusia Indonesia masa kini.
Novel ini –sebagaimana diungkapkan oleh Siba’i dalam halaman persembahan– adalah persembahan Yusuf Siba’i untuk Izrail, Sang Pencabut Nyawa.
“Di buku ini, wahai Tuan Izrail, Andalah yang menjadi pemeran utama. Buku ini dari dan untuk Anda. Ini merupakan upayaku yang didorong oleh rasa ketulusan untuk menghadirkan kesan Anda yang sebenarnya atau minimal yang aku pikir “sebenarnya”– pada umat manusia. Aku ingin menghapus segala gambaran ganas dan menyeramkan tentang Anda dari file memori otak mereka.”

Judul Buku : IZRAIL
Tebal : 288 halaman
Harga : Rp 35.000


Tidak ada komentar: